Menyusuri Mekong River yang Legendaris



Kunjungan ke Mekong River yang legendaris jadi momen yang saya tunggu-tunggu selama di Vietnam. Saya, sih, yakin, sungainya sendiri nggak akan lebih bagus dari sungai-sungai di Indonesia. Tapi, sungai ini sudah terkenal legendaris karena melalui beberapa negara sekaligus termasuk Vietnam, Kamboja, Thailand, Laos, Myanmar, dan Tiongkok.

Untuk menyusuri Mekong River, ternyata kita nggak bisa semata-mata datang ke sungainya langsung. Kita perlu datang ke pusat pengelolaan tempat wisatanya terlebih dahulu di sebuah gedung besar. Saya sempat kagum karena pengelolaan tempat wisata di sini patut diacungi jempol. Paket tur untuk menyusuri Mekong River sudah ditata sedemikian rupa. Setiap rombongan yang datang juga difasilitasi dengan satu pemandu berbaju tradisional Vietnam, yaitu ao dai. Saat itu, saya dan teman-teman diberikan jas hujan satu per satu karena kondisinya sedang gerimis.


Dari pusat pengelolaan tempat wisata, kami dibawa ke Unicorn Island menggunakan perahu. Di perahu ini, kami juga dipinjamkan pelampung satu per satu. Padahal menurut saya, sih, kondisinya terlalu aman untuk memakai pelampung. Pemandunya sendiri pun santai saja bolak-balik memakai wedges di atas perahu. Tapi, pelampung tetap wajib dipakai untuk mencegah hal-hal yang nggak diinginkan.

Airnya sendiri memang terlihat keruh, tapi sebenarnya bersih dari sampah. Sayangnya, hari itu mendung dan pemandangannya kurang enak untuk dilihat. Kami sempat was-was karena takut rencana untuk menyusuri Mekong River hanya berujung rencana.

Untunglah, hujan sudah berhenti saat kami tiba di Unicorn Island. Pulau ini ternyata diisi tempat pembuatan coconut candy dan berbagai kios jualan. Kami melihat proses pembuatan permen ini mulai dari pengolahan kelapa sampai pengemasannya. Setelah selesai, kami dibolehkan mencoba rasanya. Permen-permen yang sudah dikemas juga langsung dijual di tempat ini.

Pengolahan kelapa menjadi permen

Pemotongan dan pengemasan permen

Coconut candy yang dibuat ternyata bermacam-macam. Mulai dari original sampai rasa-rasa lain seperti kacang, durian, dan cokelat. Saya sendiri paling suka yang kacang karena rasanya nggak terlalu manis.


Selesai membeli coconut candy, kami diajak mengunjungi peternakan lebah madu. Kami sempat dijamu dengan honey tea. Sesuai dengan namanya, teh ini dicampur madu dan jeruk nipis. Ibu-ibu yang menjamu kami dengan teh juga sempat mempromosikan madu dan royal jelly. Tangan saya sempat diusapkan royal jelly untuk membuktikan jeli ini punya khasiat baik di kulit. Baiknya, para penjual di tempat ini nggak akan tersinggung kalau kita nggak membeli produknya sama sekali.

Honey tea


Dari peternakan lebah madu, kami dijamu dengan buah-buahan yang dihasilkan di tempat ini. Kami sempat mencoba semangka, nanas, buah naga, pisang, dan sawo. Saya kurang paham apakah ada treatment khusus untuk menghasilkan buah-buahan ini karena semuanya terasa enak di mulut saya. Sambil menikmati buah, kami dihibur dengan nyanyian dalam bahasa Vietnam. Bisa dibilang, para penyanyi ini pengamen kelas atas karena meminta uang seikhlasnya dan bernyanyi memakai ao dai yang cantik.



Setelah perut terisi, kami menuju tempat menaiki sampan untuk menyusuri Mekong River. Di sepanjang jalan ini, kami melihat bermacam-macam tanaman. Rasanya mungkin seperti masuk ke kampung-kampung yang ada di Indonesia. Salah satu teman saya, Pak Mirza, juga sempat bilang kalau negara kita sebenarnya bisa bikin tempat wisata jauh lebih baik dari ini selama dikelola dengan baik.

Nah, sampan yang digunakan untuk menyusuri Mekong River bisa diisi oleh lima orang termasuk pendayung yang ada di depan. Salah satu penumpang juga diperbolehkan bantu mendayung agar gerakannya lebih cepat. Waktu itu, saya menaiki sampan dengan Mbak Elisa, Mbak Yenny, dan Pak Mirza. Berhubung Pak Mirza laki-laki sendiri, beliaulah akhirnya yang kebagian bantu mendayung :p

Sayangnya, selama menyusuri sungai, kami dilarang mengeluarkan tangan dari sampan. Kami juga nggak dibolehkan memegang tepi sampan karena sering ada pengunjung yang tangannya nggak sengaja tertekan sampan lain. Padahal, tangan saya sudah gatal ingin menyentuh ini-itu.


Turun dari sampan, kami sudah ditunggu perahu yang semula mengantarkan ke Unicorn Island untuk kembali pulang. Senangnya, lagi-lagi kami dijamu kelapa untuk melepas lelah. Belakangan, kami baru tahu kalau ternyata pemandu kami hafal salah satu lagu berbahasa Indonesia karena melihat di televisi. Kami pun dinyanyikan lagu ‘Madu dan Racun’ dengan pronunciation yang lucu.


Photos by Amadea

No comments:

Post a Comment