Vietnam sebenarnya nggak pernah ada dalam bucket list saya. Tapi, sebagai orang yang senang jalan-jalan, saya percaya bahwa setiap tempat punya cerita. Kurang populernya Vietnam sebagai destinasi liburan orang-orang Indonesia juga justru membuat saya penasaran dengan negara ini. Lagipula, bila ada kesempatan mengunjungi negara ini, ada dua hal yang ingin saya lakukan: menyusuri Mekong River yang legendaris dan mencicip pho langsung di negara asalnya.
Keinginan menyusuri Mekong River sebenarnya timbul karena saya
terlalu sering membaca buku dan majalah travel. Sungai yang mengambil wilayah
beberapa negara sekaligus ini sering diperlihatkan sedemikian eksotis, dengan
banyaknya sampan dan ibu-ibu memakai conical hat yang oleh penduduk setempat
disebut ‘nón lá’. Sementara, keinginan mencicip pho memang karena saya suka
sekali dengan Vietnamese noodle soup ini. Di Indonesia saja makanan yang
terdiri dari mi, kaldu, daging, dan sayur-sayuran ini biasanya rasanya nggak
ngecewain, apalagi di negara asalnya. Supaya nggak terlalu bingung saat pertama
kali pergi ke Vietnam, saya ingin berbagi sedikit tentang persiapan esensial
mengunjungi negara ini.
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan sebelum berangkat:
1. Tingkat kriminalitas
Mendekati hari keberangkatan ke Vietnam, saya makin rajin cari
tahu tentang Vietnam. Entah kenapa, banyak kabar nggak menyenangkan dari negara
ini seputar tingkat kriminalitasnya. Mulai dari petugas resmi yang suka
korupsi, pencurian, sampai penjambretan barang. Dapat kabar seperti ini, sih,
saya malah jadi makin tertantang melihat kondisinya langsung untuk mengecek
kebenarannya.
Lalu, seperti apa kondisi aslinya? Tingkat kriminalitas Vietnam
ternyata sebenarnya biasa-biasa saja buat orang yang biasa tinggal di Jakarta.
Turis-turis asing mungkin kaget melihat kondisi Vietnam karena terbiasa tinggal
di negara yang tingkat kriminalitasnya sangat rendah. Bahkan, kata Mas Lukdi,
orang Indonesia yang sudah belasan tahun tinggal di Jakarta, Vietnam lebih aman
ketimbang Jakarta karena jarang sekali ada perampokan dan pemerkosaan. Tapi,
selama bepergian ke sana ke mari, sebaiknya tetap jaga tas di depan dan
dipegang erat untuk menghindari penjambretan.
2. Paspor
Untuk memasuki negara Vietnam, tentu kita membutuhkan paspor.
Namun, kita nggak membutuhkan visa untuk masuk ke negara ini. Pengalaman saya,
sih, petugas imigrasinya saat pengecekan paspor jauh lebih santai dibandingkan
petugas imigrasi Singapura dan Malaysia. Kalaupun bertanya, mereka cuma
bertanya sekadarnya.
3. Tiket pesawat dan hotel
Cara paling mudah memesan tiket pesawat dan kamar penginapan masih
melalui online travel agent. Biasanya, untuk mencapai Vietnam dari Jakarta,
kita perlu transit satu kali di Malaysia atau Singapura. Kita bisa menggunakan
connecting flight dari satu maskapai yang sama atau dari maskapai yang berbeda.
Untuk menggunakan maskapai yang berbeda, sebaiknya pilih pendaratan ke tempat
transit dan keberangkatan ke Vietnam dengan jeda waktu minimal lima jam.
Soalnya, salah satu teman saya sempat ketinggalan pesawat dari tempat transit
(Malaysia) ke Vietnam, padahal jeda waktunya sudah cukup lama yakni tiga jam.
Kalau mau terbang dengan biaya yang lebih terjangkau, kita bisa memilih
terbang dengan low-cost airline. Maskapai penerbangan bertarif rendah yang bisa
mengantarkan ke Vietnam di antaranya AirAsia, Jetstar Asia, Tiger Airways, dan
Malindo Air. Saya memilih terbang dengan Tiger Airways dan tiket pesawatnya saya beli via nusatrip.com.
4. Alat pembayaran
Alat pembayaran yang berlaku di Vietnam adalah Vietnamese Dong
(VND). Tapi, beberapa tempat juga memberlakukan pembayaran dengan American
Dollar (USD) dan Malaysian Ringgit (MYR). Semua uang kertas VND hanya
menampilkan gambar Ho Chi Minh yaitu Perdana Menteri dan Presiden Vietnam Utara
tahun 1954-1969. Saya suka sekali dengan uang kertas VND ini, seperti uang Monopoli versi serius :p
Saat saya menulis post ini, nilai tukar uang 1 VND = Rp0,58. Artinya, 10.000 VND = Rp5.800. Penukaran mata uang bisa dilakukan di money changer di Indonesia sebelum berangkat atau setiba di Vietnam. Namun, sebaiknya tukarkan dulu uang Rupiah ke American Dollar karena jarang ada money changer yang menerima uang Rupiah untuk langsung ditukarkan ke Vietnamese Dong.
Saat saya menulis post ini, nilai tukar uang 1 VND = Rp0,58. Artinya, 10.000 VND = Rp5.800. Penukaran mata uang bisa dilakukan di money changer di Indonesia sebelum berangkat atau setiba di Vietnam. Namun, sebaiknya tukarkan dulu uang Rupiah ke American Dollar karena jarang ada money changer yang menerima uang Rupiah untuk langsung ditukarkan ke Vietnamese Dong.
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan saat di Vietnam:
1. Berjalan kaki
Menurut saya, berjalan kaki di Vietnam termasuk nyaman karena
trotoarnya layak pakai. Kekurangannya adalah lalu lintas yang lebih parah dari
Jakarta. Jadi, usahakan untuk selalu fokus saat berada di jalan karena pengguna
kendaraan di Vietnam sepertinya nggak ada takut-takutnya menabrak orang.
Bahkan, saya seringkali melihat motor yang dengan sengaja menggunakan trotoar
atau melawan arah. Kemampuan pengguna motor di negara ini memang “luar biasa”.
Saya pernah melihat karyawan sebuah tempat makan yang tangan satunya
mengendalikan motor, sementara tangan satunya lagi membawa baki berisi pho utuh
dalam mangkok beling tanpa diganjal apapun.
2. Bahasa
Bahasa resmi yang digunakan di Vietnam adalah bahasa Vietnam.
Sekilas, mungkin logatnya terdengar seperti logat orang Thailand. Namun,
penduduk Vietnam bisa berbahasa Inggris sedikit-sedikit. Kalau memang mengerti
bahasa Inggris, saya rasa nggak bakal ada masalah untuk berkomunikasi di negara
ini. Bahkan, para penjual di Vietnam pintar berbahasa Melayu. Jadi, jangan kaget kalau mereka mengerti bahasa Indonesia sedikit-sedikit.
Dari yang saya amati, bahasa Vietnam sedikit mendapat pengaruh dari bahasa Prancis karena pernah dijajah oleh Prancis. Saya juga sempat melihat adanya salah satu surat kabar ternama Prancis yang dijajakan di pinggir jalan.
Dari yang saya amati, bahasa Vietnam sedikit mendapat pengaruh dari bahasa Prancis karena pernah dijajah oleh Prancis. Saya juga sempat melihat adanya salah satu surat kabar ternama Prancis yang dijajakan di pinggir jalan.
3. Makanan
Pho campur berisi mi, potongan daging, cincangan daging, kikil,
dan sayuran
Bagi yang muslim, perlu selektif untuk urusan makanan. Vietnam banyak menggunakan kandungan babi sebagai bahan makanan mereka. Street
food mereka yang kelihatannya aman pun ternyata banyak menggunakan kandungan
babi. Bahayanya, kandungan babi ini sering ditulis dalam bahasa Prancis.
Orang-orang yang nggak mengerti bahasa Prancis bisa jadi cuek-cuek saja.
Nah, kalau mau lebih aman, kita bisa makan di beberapa restoran
Malaysia yang punya sertifikat halal. Saya dan teman-teman biasanya makan di
restoran-restoran seperti ini. Di samping itu, kami sempat makan di Pho Le, di Nguyen Trai, Ho Chi Minh City. Kabarnya, restoran pho ini nggak menggunakan
kandungan babi sama sekali.
Photos by Amadea
No comments:
Post a Comment