Selesai
memenuhi rasa penasaran di Candi Banyunibo, kami kembali ke tujuan awal dengan
mengunjungi situs Keraton Ratu Boko. Perjalanan menuju tempat ini dari Candi
Banyunibo hanya memakan waktu sekitar 5 menit. Baru terasa sebentar berada di
dalam mobil, kami sudah turun lagi.
Situs
Keraton Ratu Boko berada di dua wilayah desa sekaligus. Secara administratif,
letaknya berada di Dukuh Dawung, Desa Bokoharjo dan Dukuh Sumberwatu, Desa
Sambireja di Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman. Nah, Candi Prambanan hanya
berjarak sekitar tiga kilometer dari sini. Kami bahkan bisa melihat candi tersebut dari
kejauhan.
Keliling-keliling situs Keraton
Ratu Boko menurut saya paling pas dilakukan sore hari. Sebab, selama nggak
turun hujan, panas di sekitar situs ini terasa menyengat. Biaya yang diperlukan
untuk mengelilingi situs sebesar Rp40.000 per orang. Harga tiket masuk ini
rupanya mengalami kenaikan. Belum ada setahun terakhir saya ke sini, harga
tiketnya masih Rp25.000. Tapi, menurut saya harga ini setimpal mengingat situsnya
sangat luas, bersih, dan tertata rapi. Lagipula antusias turis untuk
mengunjungi situs justru meningkat berkat film Ada Apa Dengan Cinta? 2. Selain itu, kami juga dikenakan biaya Rp10.000 untuk parkir mobil.
Salah satu hal yang membuat
saya betah di situs Keraton Ratu Boko adalah taman-tamannya yang cantik. Kita
bisa melihat air mancur dan gazebo tersebar di berbagai sudut, bahkan sebelum
masuk ke gerbang situs. Di samping itu, umat muslim mudah menjalankan ibadah karena
tersedianya masjid.
Taman dengan
beberapa gazebo untuk bersantai
Dulu sekali, saya pikir situs
Keraton Ratu Boko merupakan situs candi seperti kebanyakan destinasi wisata
lain di Yogyakarta. Ternyata, tebakan saya meleset. Situs ini diperkirakan
dulunya adalah komplek istana atau keraton. Tempat penting dalam perkembangan
sejarah dinasti Hindu di Indonesia ini memiliki gapura sebagai gerbang masuk
utama, lapangan, pendopo, paseban, tempat tinggal, keputren, kolam pemandian, goa
batu, sampai pagar pelindung di tempat ini. Uniknya, Keraton Ratu Boko berada
di atas puncak sebuah bukit yang tingginya mungkin mencapai 200 m.
Gapura sebagai gerbang masuk
utama
Menurut beberapa sumber,
penggunaan nama ‘Keraton Ratu Boko’ dipilih karena situs ini dulunya adalah keraton
seorang raja Mataram bernama Ratu Boko. Ratu Boko sendiri dipercaya masih ayah
dari Roro Jonggrang, yang ada dalam legenda Candi Prambanan.
Situs Keraton Ratu Boko
memang terhitung sangat luas, tapi kita nggak perlu khawatir tersesat saat
mengelilingi situs ini. Jalur untuk dilalui yang ada di dalamnya memudahkan
kita untuk melihat lebih dekat kesemua tempatnya satu per satu.
Selain sebagai keraton, ada
sumber yang menyebutkan situs ini pernah berfungsi sebagai tempat beribadah.
Situs yang dulunya disebut Abhyagiri Wihara dipakai oleh umat buddha. Namun, menariknya,
di situs ini ternyata juga ditemukan arca peninggalan agama hindu, seperti arca
Ganesha.
Bangunan di situs Keraton
Ratu Boko sebagian besar memang hanya tersisa reruntuhan. Jejak bangunan yang
paling jelas terlihat adalah gapura-gapuranya yang menjadi gerbang. Walaupun begitu,
saya tetap kagum dengan jejak-jejaknya. Bangunan yang runtuh justru
membangkitkan imajinasi saya seperti apa kehidupan masa lampau di tempat ini.
Pendopo
Bagian
dalam pendopo
Ada satu spot yang paling saya suka di situs
Keraton Ratu Boko. Sayangnya, saya sendiri kurang tahu nama spot ini. Saya hanya perhatikan di
dekatnya terdapat larangan untuk menabur bunga, mungkin khawatir dijadikan
tempat untuk beribadah. Dari tempat ini, kita bisa merasakan duduk di atas
bukit. Selain pemandangan alam yang menenangkan di sekitarnya, di sini kita
bisa memandangi bekas kolam besar yang ada di bawahnya.
Kolam tersebut terbagi
menjadi dua bagian, yaitu bagian utara dan selatan. Keduanya dipisahkan oleh
dinding penyekat yang memiliki pintu. Duduk di sekitar sini membuat saya
membayangkan kolam ini dulunya dipakai untuk bercanda-canda sambil bermain air
oleh penghuni kerajaan.
Photos by Amadea
wah keren, kapan yah kesni
ReplyDeletesalam
Keren gan, salam rental mobil jogja
ReplyDelete