Saya termasuk orang yang suka dengan
aktivitas outdoor. Kalau gampang
mengantongi izin orang tua, mungkin saat ini saya sudah pernah coba macam-macam
aktivitas pemacu adrenalin. Jadilah saya senang banget waktu ikut Merapi Lava
Tour dengan bapak dan adik saya, walaupun sebenarnya ini sudah kedua kalinya saya
ikut tur tersebut.
Merapi Lava Tour bisa diikuti di
Kaliurang, di kaki Gunung Merapi. Secara keseluruhan, tur ini dilakukan dengan
menaiki mobil jeep untuk menyusuri
bekas aliran lahar pasca erupsi Gunung Merapi. Satu mobil jeep bisa diisi oleh 4-5 orang termasuk pengemudi. Kita perlu
memilih paket tur dari sekian banyak penyedia paket yang ada di tempat ini
karena memang kondisi mobil biasa kurang memungkinkan untuk dipakai menyusuri
bekas aliran lahar.
Biaya untuk mengikuti tur berkisar
Rp350.000-Rp600.000 tergantung dari paket yang dipilih. Biaya ini sudah
termasuk mobil, pengemudi yang juga berperan sebagai pemandu, dan kunjungan ke
beberapa tempat. Kita bisa memilih antara short
trip, medium trip, atau long trip. Sebaiknya tanyakan terlebih
dulu perbedaan masing-masing paket karena tempat yang akan dikunjungi
berbeda-beda. Kalau tertarik bermain basah-basahan, pastikan paket mencakup
kunjungan ke Kali Kuning. Tapi, pastikan juga pakaian yang dipakai sudah siap
untuk berbasah-basahan dan bawa pelindung untuk smartphone dan kamera.
Dan petualangan pun dimulai..
Pertama dan kedua kalinya saya ikut
Merapi Lava Tour, saya sama-sama dapat pengalaman dari paket short trip. Tapi, karena masing-masing
paket diambil dari penyedia paket yang berbeda, tempat-tempat yang dikunjungi
pun berbeda walaupun judulnya sama-sama short
trip. Untuk tur kali ini, kami mengunjungi Galeri Sarsuadji ‘Omahku
Memoriku’.
Galeri Sarsuadji ‘Omahku Memoriku’ adalah
situs rumah alm. Bapak Sarsuadji, yang meninggal pada 15 September 2010. Galeri
ini berisi harta benda yang tersisa pasca erupsi. Kondisi harta benda tersebut
sudah rusak karena panas. Erupsi tahun 2010 silam memang merupakan erupsi
terbesar yang terjadi sejak 14o tahun terakhir, pada tahun 1872. Menariknya, di
galeri ini terdapat saksi bisu berupa jam yang jarumnya berhenti berdetak tepat
pukul 00.15 WIB. Waktu tersebut menandakan puncak erupsi yang terjadi pada 5
November 2010.
Kesemua harta benda yang ditemukan
pasca erupsi tentunya ditemukan dalam keadaan nggak lagi bisa dipakai. Mengingat
erupsi tersebut saja sudah menewaskan ratusan jiwa. Namun, hebatnya, kitab suci
Alquran dan beberapa buku agama justru ditemukan dalam kondisi yang masih baik.
Benda-benda ini hanya robek sedikit di bagian cover dan masih bisa dipakai.
Dari Galeri Sarsuadji ‘Omahku
Memoriku’, kami melanjutkan petualangan ke area batu alien. Belum ada
setahun saya berkunjung ke tempat ini, area batu alien ternyata mengalami
perubahan yang cukup besar. Kedua kalinya ke sini, area batu alien sudah
memiliki spot-spot untuk berfoto dari
ketinggian.
Kalau tertarik berfoto dari ketinggian,
kita bisa membayar Rp10.000 per orang. Ada dua spot yang dapat dipilih, satu dengan gardu berbentuk hati dan
satunya lagi berbentuk lingkaran. Kami memilih yang berbentuk hati karena
kata bapak saya background dari tempat ini
lebih bagus.
Selesai berfoto di ketinggian, kami
menuju batu alien. Batu alien merupakan bongkahan batu besar yang tersebar
karena erupsi. Batu ini sendiri dinamakan demikian karena punya keunikan
tersendiri, yaitu berbentuk menyerupai wajah manusia.
Batu alien yang bentuknya menyerupai
wajah
Selama bertualang dengan Merapi Lava
Tour, kami sempat mengunjungi Bunker Kaliadem. Bisa dibilang, ini adalah tempat
favorit saya setelah Kali Kuning. Kita bisa menikmati pemandangan Merapi dari
jarak dekat saat berada di sini.
Menurut informasi pemandu, pemandangan
Merapi dari tempat ini hampir selalu tertutup kabut. Dia sendiri jarang melihat
pemandangan ini nggak tertutup kabut. Ditambah lagi, langit saat kami datang ternyata
sedang mendung. Saya pun kecewa karena nggak berhasil mendapat foto yang bagus.
Sementara, tempat favorit turis mungkin adalah spot berfoto dengan
tulisan Bunker Kaliadem. Saya selalu lihat antrian berfoto yang nggak ada
habisnya di dekat tulisan raksasa berwarna oranye ini. Saya sendiri sudah nggak
tertarik berfoto di sini karena cuacanya, tapi pengunjung lain sepertinya masih
bersemangat.
Nah, di bagian bawah tulisan Bunker
Kaliadem tadi, ada bunker yang sempat
dipakai untuk berlindung dari erupsi. Dari yang saya dengar, bunker yang sudah dibuat sedemikian rupa
ini ternyata punya kisah sukses dan nggak sukses. Bunker ini katanya sempat nggak berhasil melindungi orang-orang
yang berlindung di dalamnya.
Bunker ini dibuka untuk
umum dan bisa kita coba masuki. Di dalam bunker,
terdapat dua ruangan lagi yang salah satunya dulu berfungsi sebagai kamar
mandi.
Bagian dalam bunker
Photos by
Amadea
No comments:
Post a Comment