Saya nggak hafal sudah berapa kali mengunjungi
Yogyakarta saking seringnya. Dan setiap ke Yogya, nggak pernah ketinggalan mengunjungi
Malioboro. Lucunya, saya nggak pernah tahu keberadaan Museum Benteng Vredeburg,
yang ternyata dekat sekali dari Jalan Malioboro. Bahkan, tahun ini, Museum
Benteng Vredeburg sudah menginjak usia 23 tahun sejak dibuka pada 1992 silam. Walah, saya cuma
tua setahun dari museum ini!
Museum Benteng Vredeburg berada di
Jalan Ahmad Yani. Lokasinya nggak sulit dicari karena berada di sebelah Pasar Sore
Malioboro dan berada di seberang Istana Kepresidenan yang berdiri dengan megahnya.
Museum Benteng Vredeburg libur pada
hari Senin. Selebihnya, siapapun bisa berkunjung pada hari Selasa sampai Minggu,
pukul 07.30-16.00. Biaya yang dikenakan untuk main-main ke museum ini sebesar
Rp2.000 per orang. Kenapa saya bilang ‘main-main’? Karena memang museum ini
nggak terasa membosankan.
Museum ini dulunya merupakan markas Vereenigde
Oostindische Compagnie (VOC). Markas tersebut sudah dibangun
sejak tahun 1890 sebagai benteng pertahanan bagi bangsa Kolonial Belanda di
Yogyakarta.
Ruangan di museum ini dibagi-bagi
menjadi beberapa ruangan. Seperti ruang perpustakaan, ruang diorama 1, ruang
diorama 2, ruang diorama 3, dan seterusnya. Sayangnya, saya kurang perhatikan
apakah isi museum disusun secara berurutan sesuai dengan pembagian ruang
dioramanya.
Saya cukup lega melihat kondisi ruang
diorama yang terawat; bersih dan dingin. Saya sendiri kurang tahu apakah Museum
Benteng Vredeburg selalu dalam kondisi terawat sebelumnya. Tapi, dari yang saya
baca, usia 23 tahun ini menjadi ‘Tahun Kunjung Museum’ untuk Museum Benteng
Vredeburg. Yaitu, kegiatan revitalisasi museum agar Museum Benteng Vredeburg
bisa menjadi museum yang inovatif, rekreatif, dan informatif. Mungkin, kegiatan
revitalisasi ini sedikit-banyak berpengaruh terhadap kondisi museum.
Menurut saya, Museum Benteng Vredeburg
sudah layak disebut sebagai museum yang inovatif, rekreatif, dan informatif.
Museum ini memiliki banyak sekali monitor interaktif agar kita mudah
mendapat informasi yang diinginkan. Di samping itu, juga terdapat beberapa
monitor yang menampilkan video seputar pengetahuan sejarah.
Hal yang lebih menarik adalah museum
ini menempatkan banyak monitor layar sentuh berisi permainan edukatif. Sesuai
dengan fungsinya sebagai museum, permainan edukatif yang disediakan masih
bertema sejarah. Misalnya, permainan perang menggunakan senjata tradisional
yang digunakan oleh para pejuang atau kuis seputar sejarah Indonesia.
Di ruang diorama 4, saya juga sempat
menemukan permainan ‘Serupa Tapi Tak Sama’. Dengan permainan ini, pemain diminta
untuk mencari perbedaan dari dua gambar Pangeran Diponegoro ketika menyusun
strategi perlawanan terhadap Belanda di Goa Selarong.
Selain ruang-ruang diorama dengan
kondisi terawat, saya juga melihat taman yang tertata cantik. Di taman ini,
terdapat patung-patung besar, yakni patung Jenderal Soedirman dan Letnan
Jenderal Oerip Soemohardjo. Lalu, terdapat patung-patung berwarna sebesar
ukuran manusia seperti patung laskar bambu runcing atau tentara Belanda.
Patung-patung terakhir ini lah yang sering dijadikan sasaran pengunjung untuk
berfoto.
Serunya, saat itu Museum Benteng Vredeburg
baru saja selesai menggelar acara ‘Pasar Malam Museum’ satu hari sebelumnya.
Taman jadi terasa lebih ramah anak-anak karena hiasan berwarna-warni di sana
sini. Berbagai lampion, Miniatur Tugu Jogja, sampai karpet besar bergambar
permainan Ular Tangga ikut menghias taman.
No comments:
Post a Comment